Medan #Jadibisa : Berawal Dari Iklan Traveloka

No Comments

Traveloka Dulu, Traveling Kemudian

Di tanah Sulawesi, terdapat kisah menakjubkan perihal seorang anak pulau. Tadinya, ia kerap beranggapan bahwa traveling itu tidak ada gunanya. Traveling itu hanyalah kegiatan yang buang-buang waktu saja, tenaga, duit, dan tidak ada manfaatnya. Namun siapa sangka, semenjak sering melihat iklan Traveloka yang sering wara wiri di televisi beberapa tahun lalu, pandangannya perihal traveling berubah drastis. Hari-harinya pun berubah, dari sosok yang nggak menyukai traveling menjadi doyan dan merasa kurang kalau tidak melaksanakan traveling sekali saja dalam setahun.
 
*   *   * 
 
Lelaki itu bangun di salah satu sudut fakultas teknik ketika temannya tiba menghampiri. Ia memandangi setiap sudut fakultas hingga jauh ke tengah kampus yang telah menawarkan banyak kenangan, pengalaman, dan juga ilmu. Ia melihat satu persatu mahasiswa/mahasiswi yang sedang mendekat ke fakultas dimana ia berdiri. Sesekali ia melemparkan senyum dan juga tak segan menyapa mahasiswa/mahasiswi yang berdatangan.

Namun hal itu tak berlangsung lama. Ia kemudian berbalik melangkahkan kaki menuju bawah tangga, di mana ia sering nongkrong menyeruput kopi di kala jam kuliah lagi kosong atau ketika memasuki waktu istirahat. Di tengah asyik menikmati kopi hitam, seorang temannya tiba menghampiri. Dengan wajah yang penuh semangat dan belum mendaratkan pantatnya di dingklik besi yang ia duduki, temannya eksklusif berucap, “Bro… sesudah wisuda nanti rencana mau kemana? Masih tetap di Makassar, atau berpetualang lagi?”.

Lelaki itu pun menjawab, “Jawabannya belum di pikirkan bro, sementara ikuti arah angin saja dulu. Seperti biasa, rencana selalu dadakan. Ntar juga tau ndiri, tau-tau sudah ada di pulau seberang. Hehehe…”

Ya, lelaki itu memang sedikit misterius. Rencananya susah di tebak, yang terperinci menyerupai ngucapin simsalabim, tau-tau posisi sudah ada di pulau atau kota lain. Itu pun gres terdeteksi ketika ia menawarkan informasi di mana posisinya berada lewat akun jejaring media social miliknya.

Ia suka menciptakan teman-temannya terperangah akan pergerakannya. Tapi ia juga tidak sungkan membagikan triknya kenapa bisa hingga cepat berpindah dari kawasan yang satu ke kawasan lainnya. Ia dikenal amat ringan membuatkan dengan sesama. Ia juga suka membuatkan kisahnya dan tak jarang bisa menginspirasi orang-orang di sekelilingnya.

Lelaki itu sering di panggil Arif, yang tak lain yaitu saya sendiri. Dan tahun ini saya sudah berusia 28 tahun.

Jujur, dulu saya yaitu orang yang paling malas bepergian kalau bukan urusan penting. Jangankan untuk traveling, jalan-jalan ke mall yang tidak jauh dari kos saja masih bisa di hitung jari dalam setahun. Saya paling malas kemana-mana dan lebih bahagia menghabiskan waktu di kost. Kadang suka tidur seharian, hingga hanya duduk-duduk menikmati sekeliling sambil menikmati semilir angin sepoi-sepoi dari lantai 2 kost.

Tak jarang teman-teman kost ngajak jalan-jalan ke pantai atau ke tempat-tempat objek wisata yang ada di kota Makassar khususnya. Tapi saya selalu menolaknya dengan halus, alasan mencucilah, lagi kerjain inilah atau itulah. Padahal bekerjsama itu hanyalah jurus untuk mengelak dan menyamarkan kebiasaan saya yang dari sononya malas kemana-mana.

Bermula dari Iklan Traveloka

Traveloka Versi Website
Saya tak menyangka, iklan traveloka yang sering muncul di televisi, usang kelamaan bisa menciptakan ingin tau dan merubah cara pandang saya akan dunia traveling. Iklan itu berbunyi menyerupai ini, “Traveloka dulu, traveling kemudian”.

Ya, iklan itu sering sekali saya saksikan di televisi 3 tahun lalu. Awalnya saya dingin saja dan tidak percaya kalau traveling itu nggak selamanya mahal. Dengan traveloka, traveling bisa jadi murah, gampang dan ada banyak usulan menarik yang bisa didapatkan. Salah satunya perihal informasi aktivitas dan harga tiket pesawat. Asyiknya lagi, semua bisa didapatkan dengan modal jempol dan adanya kanal internet tentunya.

Akhirnya, saya pun tidak mau ketinggalan juga. Dengan modal kuota internet, saya pun mendownload dan menginstal aplikasi Traveloka di smartphone yang saya miliki. Usai menginstal, saya pun tidak mau melewatkan begitu saja. Segera saja saya coba menelusuri setiap item yang ada di dalam aplikasi itu. Tentunya dan yang pertama saya tes yaitu informasi seputar pesawat. Dan benar saja, harga tiket yang ditawarkan memang murah dan menciptakan adrenalin terpacu hingga ingin traveling ketika itu juga. 

Batin saya eksklusif menyala laksana api unggun. Pandangan saya eksklusif berubah seketika. Meski gres beberapa detik mengutak-atik, Traveloka telah memperluas cakrawala berpikir saya bahwa traveling tak selamanya mahal. Di sisi lain juga mengajak saya untuk semakin melek perkembangan teknologi.

Ada banyak hal yang ditawarkan oleh Traveloka. Khusus tiket pesawat, ada fitur pencari harga terbaik (fitur best price finder). Dan memang benar, harga yang ditawarkan benar-benar murah, bisa dijangkau oleh kantong para traveler dadakan dengan budget pas-pasan menyerupai saya.

Tak hanya itu saja, kalau tiba-tiba ada perubahan aktivitas traveling alasannya sesuatu hal diluar jangkauan, pengguna bisa bisa menjadwal ulang penerbangannya. Traveloka telah menyediakan fitur Easy Reschedule baik dalam aplikasi mobile maupun di website miliknya. Dan dari dongeng yang pernah saya saksikan eksklusif tahun 2015 ketika ada program Traveloka di Makassar, fitur ini sangat membantu sekali mereka yang tiba-tiba ada sesuatu yang tidak di inginkan dan ingin mengubah aktivitas penerbangan.

Fitur lainnya yang saya suka yaitu peringatan harga (Price Alert) yang bisa diadaptasi dengan budget masing-masing. Fitur ini paling sering saya gunakan ketika punya niat untuk traveling lagi. Semakin menyenangkan lagi alasannya ada fitur pengingat penerbangan (flight reminder). Makara nggak ada lagi yang namanya lupa akan aktivitas penerbangan, alasannya otomatis akan ada pesan masuk ke email maupun nomor telepon menjelang sehari sebelum keberangkatan.

Bagaimana kalau keberangkatan dibatalkan, atau ada duduk kasus system dari Traveloka? Tenang, uang kau akan kembali kok ke rekening. Cukup dengan memakai fitur 30 days refund guarantee, uang kau akan kembali ke rekening paling lambat 30 hari kemudian. Dari pengalaman sahabat yang sudah pernah mencicipi hal ini, katanya pengembaliannya malah lebih cepat.

Sebagai tumpuan tambahan, bisa lihat video dibawah ini :

#JadiBisa dengan Traveloka

Siapa sangka, hanya dalam beberapa detik, magic Traveloka bisa mensugesti alam bawah sadar saya. Saat itu juga, batin saya berniat agar bisa mencicipi yang namanya traveling.

Dan seiring berjalannya waktu, yang kuasa pun mendengar doa saya. Setelah beberapa memesan tiket via Traveloka untuk Om saya, karenanya Desember 2016, saya pun #JadiBisa mencicipi yang namanya traveling selama 3 bulan ke Jakarta dan Bandung.

Contoh E-Tiket Traveloka Untuk Traveling Saya Kali Ini (Screenshot)
Balik dari traveling di sentra kekuasaan Indonesia, saya kembali melaksanakan traveling lagi. Destinasi tujuan saya yaitu kampung halaman, Wakatobi yang sudah usang tidak saya sentuh. Lagi-lagi, Traveloka menawarkan penawaran harga yang lebih baik ditambah diskon plus promo yang membuatku semakin sumringah dan mulai jatuh cinta dengan dunia traveling. Dan menyerupai traveling sebelumnya, saya eksklusif memesan tiket PP alasannya saking murahnya harga yang ditawarkan.

Tak salah memang kalau teknologi bisa mengubah segalanya, termasuk memudahkan pekerjaan manusia. Intinya hanya perlu diakrabi, dipelajari, dan dipahami. Contohnya menyerupai Traveloka yang bisa menciptakan semua #JadiBisa melaksanakan apa saja.

Saya pun sudah membuktikannya.

Depok, 4 Desember 2017
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar

Posting Komentar