Medan Wacana Hari Bumi Dan Rumah Hijau Denassa

No Comments
Kompak Tawwa & Pemilik RHD (dok. @Kangbugi)
Sabtu, 22 April 2017, untuk pertama kali semenjak berdirinya Komunitas Kompasianer Makassar, alhasil ada juga kegiatan yang sanggup diwujudkan. Kegiatan pertama ini bertepatan dengan Hari Bumi, dengan tema :

Memaknai Hari Bumi di Rumah Hijau Denassa

Apa itu Rumah Hijau Denassa?

Rumah Hijau Denassa atau lebih di kenal dengan nama RHD yaitu sebuah konservasi mini yang di dirikan pada tahun 2007 oleh Darmawan Denassa. Tujuan dari berdirinya daerah konservasi mini ini yaitu untuk menyelamatkan kekayaan hayati, baik lokal maupun endemik sekaligus dongeng dibaliknya.
 
Dalam kegiatan pertama ini, penerima yang ikut kurang lebih 6 orang. Meskipun hanya sedikit pesertanya, tapi jangan tanya bagaimana ramenya. Pake bangat loh dan nggak kalah seru! Untuk agendanya sanggup teman-teman baca di sini. Dimana salah satu diantaranya yaitu menulis bersama. Dalam hal ini semua penerima yang hadir wajib menuliskan makna hari bumi sekurang-kurangnya dua paragraf sehabis selesai melaksanakan observasi ke Rumah Hijau Denassa. Yang mana goresan pena itu kemudian dikumpulkan menjadi satu ke satuan, kemudian disebarkan lewat akun Kompak Tawwa. 

Mau tahu ibarat apa makna hari bumi bagi Komunitas Kompasianer Makassar Tawwa sehabis seharian berkunjung ke Rumah Hijau Denassa. Berikut salah ulasannya dibawah, yang tak lain yaitu goresan pena saya sendiri.

Tentang Hari Bumi, Rumah Hijau Denassa dan Kenangan Akan Kampung Halaman

Bagi saya, makna hari bumi yaitu untuk mengingatkan kembali terhadap apa yang telah saya lakukan terhadap bumi. Mengajak saya untuk menengok lebih jauh ke belakang, bahkan ke masa dimana saya masih tinggal di kampung halaman yang kala itu masuk kategori daerah terpencil. Tepatnya diketinggian 100 meter di atas permukaan laut. Disebuah desa berjulukan Kahianga (dulu Kayangan, sebelum saya lahir), pulau Tomia, Kepulauan Tukang Besi (sekarang : Kabupaten Wakatobi).

Kini, kenangan itu semakin faktual lagi ketika pertama kali menginjakkan kaki di Rumah Hijau Denassa (RHD). Ya, RHD mengingatkanku akan suasana kampung halaman yang hijau, asri, adem, dan penuh dengan kedamaian. Bahkan semakin jauh ke dalam, semakin terasa ibarat berada dikampung halaman dan lebih khusus lagi serasa dirumah sendiri. Dimana di bab belakang terdapat rumah panggung, banyak pohon bambu, tanaman-tanaman lokal, burung-burung berkicauan, pohon langka, binatang dan masih banyak lagi.

Jujur, saya sangat bersyukur sekali dan berterima kasih kepada salah satu anggota Kompak Tawwa (Kak Abby Onety) dikarenakan telah merekomendasikan Rumah Hijau Denassa sebagai tempat merefleksikan diri dalam memperingati Hari Bumi. RHD benar-benar mempengaruhi saya dan mengajarkan untuk berprilaku lebih ramah lagi terhadap lingkungan di setiap kegiatan sehari-sehari. Apa yang saya selalu lakukan selama ini masih kalah jauh bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang dilakukan oleh RHD.

Begitu banyak kearifan lokal yang patut di tiru dari RHD. Di antaranya harus mengubah sikap dan kebiasaan yang kadang tidak disadari malah mengancam kelestarian lingkungan serta keselamatan bumi. Tidak perlu menunggu melaksanakan hal besar untuk menyelamat bumi, memulai dari hal kecil pun akan berdampak besar di kemudian hari. Apalagi kalau semakin sering dilakukan.

Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Seperti yang dikatakan oleh Denassa, mau hari ini kiamat, besok, atau kapan pun itu, menyelamatkan bumi yaitu sesuatu yang wajib untuk dilakukan. Dengan kata lain, setidaknya ada perjuangan untuk memperbaiki kembali bertahap daripada hanya berdiam diri ditempat tanpa melaksanakan apa-apa. Bahkan tak perlu menunggu isyarat dari pemerintah setempat di mana anda berpijak dan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Yang diharapkan hanyalah kesadaran dari diri sendiri dan kemauan untuk berubah serta ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Saya yakin dan percaya, jikalau semua elemen masyarakat mau melaksanakan hal itu, maka secara otomatis dan pelan tapi niscaya bumi tempat kita berpijak ini akan ikut terjaga pula kelestarian dan keselamatannya. Tak ada salahnya jikalau sifat egois dalam diri masing-masing dihilangkan secara perlahan-lahan demi menjaga kelestarian dan keselamatan bumi tempat kita berpijak. Bila perlu tanpa menunggu momen yang pas untuk melaksanakan perubahan tersebut.

Alangkah baik dan bijaknya, bila semua orang mau mengakibatkan setiap waktu yang di lalui setiap harinya sebagai bab dari Hari Bumi. Banyak hal yang sanggup kita lakukan tanpa harus menunggu momen yang di peringati sekali dalam setahun tersebut. Tak usahlah berpikir jauh-jauh untuk melaksanakan sesuatu yang besar dengan cita-cita untuk mendapat sebuah kebanggaan bahkan mungkin alasannya yaitu ingin di kenal banyak orang.

Selamat berakhir pekan dan selamat Hari Bumi.


Rumah Hijau Denasa, 22 April 2017

Catatan :
Tulisan lebih lengkapnya sanggup teman-teman baca di sini.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar

Posting Komentar