Medan 7 Cara Gampang Mencegah Terjadinya Banjir Part 1

No Comments

Ilustrasi dari www.pasangmata.com

Banjir, disebabkan oleh air yang tidak meresap ke tanah lantaran terlalu banyak melimpas ke selokan, sungai dan sistem drainase yang tak bisa menampung air hujan.

Mindset kita selama ini yakni bagaimana caranya membuang air limbah dan air hujan secepat mungkin disalurkan ke selokan, kali, sungai dan berakhir di laut. Kalau hal itu kita lakukan terus menerus maka sumber daya air di dalam tanah cepat terkuras habis. Akibatnya banjir di demam isu penghujan, kekeringan di demam isu kemarau dan instrusi laut/masuknya air bahari ke daratan. Pola pikir tersebut yg kita pakai selama ini harus dirubah. Harusnya air limbah rumah tangga dan air hujan wajib dikembalikan ke tanah.

Setidaknya ada 14 cara penanganan air limbah dan air hujan, yang bisa kita lakukan. Dimana cara yang dimaksud saya rangkum dari beberapa goresan pena para Arsitek Senior yang ditulis media umum berjulukan facebook. Namun pada kesempatan kali ini tidak akan eksklusif saya uraikan semuanya, melainkan separuhnya dulu.

Ya, pada kesempatan kali saya hanya membahas "7 Cara Praktis Mencegah Terjadinya Banjir". Seperti apakah ketujuh cara tersebut, simak ulasannya dibawah ini.

Sumur resapan

Jangan dikira hanya 1 sumur resapan sanggup menuntaskan masalah. Harus diukur dulu kapasitas air hujan yang maksimum terjadi seberapa besar? Satu kompleks bangunan sebesar Grand Indonesia butuh lebih dari 100 sumur resapan. Sumur resapan juga tergantung lokasi, jikalau tanahnya liat (clay), berada di tempat pantai, atau muka air tanah dangkal, solusi dengan sumur resapan tidak efektif.

Biopori

Sering kita mendengar kegiatan “Pembuatan SEJUTA lubang Biopori”. Pertanyaanya, siapa yang ngebor?? Kalau sudah ngebor, siapa yang ngurus? Tahukah anda jikalau Biopori itu tidak hanya sekedar mengebor saja. Membuat Biopori haruslah melihat jalur anutan air, paling anggun ditempatkan di saluran. Trus, waktu untuk menciptakan 1 lubang bisa sekitar 15 hingga 30 menit, capek lho (banyangin jikalau bikin sejuta akan makan waktu berapa lama). Trus, jangan lupa lubang harus senantiasa diisi dengan sampah organik, semoga pori2 tanah bisa terbuka oleh cacing2 tanah yang makan sampah tersebut. Kalau gali di tanah yang gak ada cacingnya atau gak dimasukin sampah, percuma. Biopori anggun untuk skala rumahan di lingkungan padat, borlah susukan air depan rumahnya (yang biasanya disemen semua).

Penampungan air hujan

Kalau tinggal di kota pulau besar menyerupai Jawa, Sumatra, Kalimantan, air hujan sering dicela-cela, contohnya berkata “Yaaaaahhhh....Hujaaaannn...” atau “Sialaann....pake hujan segala”. Kalau di pulau-pulau kecil menyerupai di Wakatobi (My Village), atau di pulau Panggang, hujan yakni berkah lantaran sekelilingnya laut, sumber air yang bisa diminum yakni air hujan.

Menangani air hujan sudah niscaya akan mengurangi debit air yang dibuang menjadi banjir. Setelah ditampung, air hujan sanggup dipakai untuk banyak sekali hal dikala hari sedang tidak hujan, misalnya: menyiram tanaman, mengisi air bak ikan, bersih-bersih tembok rumah, dan lain-lain. Kalau tinggal di tempat industri, atau bersahabat dengan kemudian lintas kota, air hujan 5 menit pertama atau bisa juga 3 mm pertama, sebaiknya dibuang (bisa buang ke tanaman), lantaran mengandung asam dan karbon dari polusi udara. Baru sesudah itu dipakai untuk banyak sekali manfaat.

Kolam Resapan

Yang ini lebih canggih dari sumur resapan. Syaratnya, jikalau sedang tidak hujan, bak harus KERING!! Kalau tidak kering, namanya danau atau waduk. Pada dikala kering, lumpur bisa dibersihkan. Jangan menjadikannya sebagai bak ikan, lantaran jikalau bak kering, ikannya mati. Ibarat banjir, tempat bak resapan memang sengaja DIBANJIRI. Bayangkan ada celukan beralaskan tanah/rumput seluas lapangan badminton, yang memang sengaja dibanjiri jikalau sedang hujan.

Taman Hujan

Mirip dengan bak resapan, namun bentuknya bukan celukan, melainkan taman yang indah. Air hujan sengaja dialirkan melalui taman ini semoga “sempat” menyerap ke tanah, walau perlu juga overflownya. Kaprikornus rute airnya: Air hujan - talang - got - tanam hujan - got - sumur resapan/kolam/dll. Nama kerennya Rain Garden atau Bio retention.

Bioswales

Pernah lihat got tetapi hanya berupa celukan, tanpa disemen, dan ditumbuhi rumput? Nah, itu namanya Bio swales. Jadi, air hujan selain mengalir di got, ia juga menyerap ke dalam tanah. Yang menimbulkan menyerap yakni akar-akar rumput yang menciptakan rongga tanah terbuka. Tanam saja rumput vetiver yang punya daya serap cukup kuat. Ingat, harus kering jikalau sedang tidak hujan, jadi limbah cucian jangan dibuang ke got ini.

Roof Garden

Penanganan air hujan dengan menciptakan taman di atap juga menjadi salah satu solusi mengurangi debit air hujan yang menciptakan banjir di kota. Syaratnya, harus didesain dari awal pembangunan. Karena perlu diperhitungkan juga beban tanah yang cukup berat, ditambah beban air dikala hujan nanti. Prinsipnya adalah: Air hujan jatuh di atas tanah, kemudian menyerap ke tanah yang menyerupai spons. Kemudian menguap lagi dikala tidak hujan. Hal yang harus diperhatikan yakni harus ada blok drainase dibawah tanahnya, semoga air berlebih sanggup dibuang.
Semoga bermanfaat.
BTN Antara, 7 Juni 2017
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar

Posting Komentar